Diary of KTI : Towards Tomorrow

Awalnya gw bingung untuk memilih judul postingan kali ini, yang merangkum pengalaman dan perasaan yang gw alami selama mengerjakan KTI. Towards Tomorrow/Ashita e adalah judul episode terakhir dari anime Inuyasha Final Act. Hubungannya dengan KTI? Err….don’t know. Bahkan gw sendiri bingung mau nulis apa aja disini.

Dengan selesainya KTI membuat gw sadar, koas tinggal sejengkal saja dari tempat gw berdiri. Walau memang gw harus membereskan beberapa ujian, tapi tidak disangka, ketika 3,5 tahun yang lalu gw baru masuk ke FK sebagai mahasiswa yang polos dan pendiam, kini gw sudah menjadi angkatan tertua di FK dan sebentar lagi mengucapkan selamat tinggal pada kehidupan preklinik.

Sedikit banyak yang diketahui mengenai kehidupan koas yang katanya lumayan mengerikan. Sudah memegang tanggung jawab dengan menggunakan jas putih. Bahkan hal ini saja gw sadari saat mau mengambil foto untuk persyaratan panum. Another 2 years ahead plus a year of internship to become general practitioner aka dokter umum,

KTI adalah penanda akhir pendidikan preklinik, untuk itu maka preambulenya adalah “KTI ini diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran”. Well, yes sarjana kedokteran. Pembuka jalan menuju clinical training aka koas adalah OSCE-SOCA comprehensive + panum. Sesudah blok Darmed dan selesai KTI, siapapun yang hendak lanjut ke koas akan melalui OSCA dan panum.

Continue reading “Diary of KTI : Towards Tomorrow”

Diary of KTI : Tanggal Keramat

Chinese :

根深之木, 風亦不扤, 有灼其華, 有蕡其實
源遠之水, 旱亦不竭, 流斯爲川, 于海必達

Hangul:

뿌리가 깊은 나무는 아무리 센 바람에도 움직이지 아니하므로, 꽃이 좋고 열매도 많으니.
샘이 깊은 물은 가물음에도 끊이지 않고 솟아나므로, 내가 되어서 바다에 이르니

Translation:

A tree which roots are deep, does not shake in the winde, flowers blossom abundantly, and bears fruits.
Water which fountainhead is far away, does not dry when in drought, flows to become a stream, and surely reaches the sea.

Puisi diatas merupakan puisi dari Yeobieocheonga-The Song of Dragon Flying to Heaven yang menjadi dasar dari novel dan drama Korea “Deep Rooted Tree” atau “Tree with Deep Roots” yang bercerita mengenai sejarah penciptaan Hangul oleh Raja Sejong dari dinasti Joseon. Trus trus apaan hubungannya dengan KTI? Ga ada. *gubrak!* Kebetulan aja sesudah sidang, gw nonton drama ini setelah namatin Nice Guy/Innocent Man.

Sidang KTI gw bertepatan pada tanggal 20-12-2012, nah begini baru tanggal cantik. Orang pada ribut kalo besoknya kiamat, gw malah merayakan sebagai tanggal sidang. Huh lebay deh.

Oke, sebelum sidang, ada beberapa kali gw bolak-balik ke PSSK lantaran salah inget ruangan sidang serta nanya dimulai dari jam berapa. Walau udah diatur jam 10.30 tapi di papan ditulisnya jam 10-12, ampe gw dibilang sama dr. L,”lho mulainya jam 10.30 kan? Kok di papan tulisnya jam 10.” Aigoooo, yang nulis bukan saya dok. Trus-trus seperti kenyataan baru menampar gw untuk sadar kalo sidang udah deket saat Dito udah selese sidang tanggal 17. Yup, nervous dan panik berat begitu tau tinggal gw dari mahasiswa bimbingan dr. D yang belom sidang, dan sidang mepet bener sama tanggal deadline. Revisi kudu ngebut nih.

KTI untuk sidang sudah selese dibereskan *masih ancur sih sebenernya* tanggal 12 kemudian dicopy untuk pembimbing dan penguji. Gw tau masih ada salah tapi gw juga udah hilang ide memperbaiki dimana lagi. Maka KTI gw serahkan ke dr. D dengan pengakuan polos,”dok, saya lagi ga ada ide buat memperbaiki dimana lagi. “ dr. D sambil makan dengan santai,”ya udah sambil jalan aja.” Kemudian, dr. D mengerling ke Epin sambil ngomong :big-grin:,” Nah, kalo dia revisinya banyak, pengujinya susah. Ya gak, Yan?” *huh?!*

Ngomong-ngomong soal KTI versi delta, ternyata tebel juga yah 40an halaman kali. Kemudian gw sendiri bingung apa yang perlu dimasukkin ke dalam lampiran. Okeh, mari kita buat seclear-clearnya untuk para penguji mengenai cara penghitungan dosis masing-masing untuk N-asetilsistein, asetaminofen dan madu, kemudian pemrograman Microlab, data lengkap SGPT dan tabel uji statistika. Dari semua lampiran, pemrograman Microlab adalah lampiran yang menurut gw paling ga penting, tapi masukin aja lah, kayak KTI anak 2007. Malah ngasih komposisi reagent asam urat segala, buat apaan yak?

Diary of KTI : Statistika and so on

Setelah selesai penelitian dan pengukuran ALT (serumnya blom diberesin lagi di lab PK), maka tahap selanjutnya adalah analisis statistik. Awalnya gw berencana menggunakan paired t-test. Tapi setelah dicoba-coba sendiri, mulai start dari saphiro wilk trus homogeneity of variance dan paired t test, gw….tidak…..mengerti…statistikaaaaa!!!

This super celaka disaster yang berdekatan dengan end darmed, her 2 organ-indera,OSCE VII dan perbaikan endokrin membuat gw keteteran. Gw sudah melakukan segala yang bisa gw pikirkan, berhubung gw ga ngerti statistik, saphiro wilk, tansformasi data (karena distribusi ga normal), kruskall wallis, homogeneity of variance, one way anova, 4x paired t test, wilcoxon. Gw sadar bahwa tindakan membabi buta ini sungguh membuang-buang waktu dan gw masih kesulitan interpretasinya, maka sekali lagi gw nanya sama anak yang jago statistik, mengecek beberapa jurnal dan tutorial statistik di internet. Gw melakukan pendekatan yang berbeda dibanding yang dilakukan VW dan Cintya. Abis udah hilang akal nih, mau gimana lagi.

Karena gw memiliki pre dan posttest maka efek preventif yang dicari didefiniskan sebagai selisih SGPT post minus pre dan data inilah yang diolah secara statistika. Setelah dibantuin Kak Awit mengenai tata cara statistika yang baik dan benar sesuai kaidah bahasa Indonesia dengan ejaan yang disempurnakan *lebay* gw melakukan 2 analisis terpisah. Pertama adalah analisis khusus pretest dan analisis selisih SGPT.

Analisis data pretest digunakan untuk mengetahui apakah pada pretest, madu dapat menurunkan SGPT secara signifikan. Pertanyaan yang lain juga adalah apakah kenaikan SGPT pada kelompok NAC signifikan. Pertama, Saphiro-Wilk dulu, kemudian karena distribusi data tidak normal dan tetap ga normal setelah transformasi *bandel ih*, lanjut ke non parametrik Kruskal-Wallis maka didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada SGPT pretest. Selesai.

Analisis data selisih pertama dibikin dulu selisih antara post dan pre, kemudian as usual Saphiro Wilk (jangan lupa untuk corrected error), trus lanjut homogeneity of variance. Distribusi data normal, varians tidak normal maka dipakelah One way ANOVA. Ternyata ada perbedaan signifikan maka wajib hukumnya ke Post Hoc. Karena varians data ga normal, bisa kita pilih uji Tamhane untuk Post Hoc dan dari situ keliatan efek kelompok mana aja yang berbeda signifikan terhadap kelompok lain.

Pertanyaan : kenapa tidak pakai paired t test? Jawab : karena nyusahin diri sendiri. Oke, kita punya kelompok lebih dari 2 yang ingin dicari perbedaannya, pakailah ANOVA plus post hoc bila signifikan. Klo ga signifikan ga usah lanjut. Paired t test kan untuk 2 kelompok aja dan kesimpulan cuma menyatakan ada perbedaan antara pre dan post atau kelompok A dan B. Hey, ANOVA diciptakan untuk perbandingan lebih dari 2 kelompok. Kalo punya lebih dari 2 kelompok, pakailah ANOVA + post hoc dan jangan bunuh dirimu dengan paired t test. Dan dengan metode ini, gw mendapatkan kesimpulan yang gw mau. Xixixixixi….

Ketika gw tanya ke VW dan Cintya untuk diajari statistika, tentu saja mereka pakai saphiro wilk (Cintya pake Kolmogorov-Smirnov) kemudian One Way ANOVA dan paired t test. Gw sudah melakukan hal itu dan masih ga ngerti kemudian berlaih ke metode yang udah gw sebutkan. Maka yang terjadi adalah gw ga paham analisis statistiknya Cintya dan Cintya ga ngerti analisis statistik gw…. *blank*

Continue reading “Diary of KTI : Statistika and so on”

Diary of KTI : Penelitian

Announcement : sebelumnya maaf bila post mengenai KTI ini terputus karena gw (lagi-lagi) bersumpah untuk tidak ngeblog sampai diadakannya ujian khusus dan OSCA untuk masuk kepaniteraan klinik, padahal konten postnya dibuat berdekatan dengan post-post sebelumnya. My bad, mengenai apa yang terjadi selama ujian pasca KTI ini akan saya ceritakan di kemudian hari.

Well, karena KTI gw mengenai penelitian, jadi akan gw ceritakan dalam konten post ini mengenai tetek-bengek penelitian yang gw lakukan sampai selesai.

Ehem, karena (ex-wakil) Dekan FK universitas Far Far Away sempat bersabda bahwa budget untuk penelitian dibatasi 5 juta rupiah dengan alasan supaya tidak memberatkan mahasiswa, maka dari mulai proses pemilihan topik dan penulisan proposal KTI, the main culprit yang harus dibereskan adalah METODE. Karena METODE ini yang mendefine seberapa susah penelitian dilakukan dan budget yang diberikan.

Yup, sepanjang 2011-2012, gw fokus mencari tahu bagaimana menentukan jumlah sampel pada tikus/mencit, strainnya apa, berapa harganya, berapa maintenance, pakan,dsb, dimana tempat penelitiannya, kriteria madu yang mau dipakai, bagaimana perlakuan dan intervensi diberikan, apa yang ingin diteliti, berapa lama dsb. Kemudian bagaimana pengambilan darah yang baik pada tikus, alatnya apa saja, bagaimana mengukur ALT, apa saja yang dibutuhkan dan berapa total biaya yang dikeluarkan, reagen yang dipakai, beli dimana, gimana cara pake di mesinnya, prosedur labnya. Pertanyaan lainnya, bagaimana membuat larutan obat dan penghitungannya, sediaan apa yang dimau, konversi dosis dan masih banyak lagi deh. Hehe, susah-susah gampang yah 😀

Pencarian jurnal untuk referensi teori dan metodologi sudah dilakukan dari 2010 (sebagian karena UKM  yang rencana mau meneliti mengenai sifat antibakterial madu, sehingga beberapa jurnalnya sudah terkumpul bahkan sebelum mendapat persetujuan dari dosen). Kemudian sekitar akhir tahun 2011, gw diajakin Cintya bareng dgn VW, Stella dan Rendi plus dr Lina ke animal house FKUI untuk nanya-nanya mengenai pembiayaan dan prosedur bila mau meneliti. Disana kami kenal mas Dede dan pak Arief serta bu Juli (klo ga salah), minta no telp plus dikasih wejangan yang diperlukan. Waktu itu, Stella, Rendi dan VW mau meneliti mengenai obat, jeruk dan apalagi gitu, dengan salah satu caranya gantian tikus selama 2 minggu, pokoknya gw ga terlalu bisa ngejelasin deh. Sedangkan Cintya tetep kekeuh meneliti bawang dan kolesterol. dr. Lina sempet nanya gw mau neliti apa, gw bilang mau neliti madu dan hepatotoksisitas asetaminofen (kekeuh juga) tapi dengan malu dan minder gw bilang topiknya belom diapprove, ya iyalah, waktu itu gw belum ketemu dr. D. Niatnya sih kalo udah bikin bab 1 ditambah memperlihatkan usaha udah cari tahun mengenai cari tahu bagaimana melakukannya, dr. D tergugah trus topik gw diapprove tanpa dikomplain. Pulang dari sana, kita ke Pasar Pramuka nanya alat dan bahan-bahan.

Sekitar April-Mei 2012, Cintya dan VW seminar proposal duluan dan masukan untuk revisi proposal mereka juga gw masukkan sebagai bahan penyusunan proposal gw. Kemudian sekitar bulan Agustus-September, penelitian VW dan Cintya udah mulai. Disini tugas gw ngebantuin dan nemenin Cintya ambil sample darah di UI kemudian dibawa dan pemisahan serum di kampus, lumayan jadi nambah pengalaman hehe. Akhirnya setelah tetek bengek seminar proposal, ethical clearance dan revisi, gw menghubungi mas Arief untuk dipesankan tikus dan mulai masa adaptasi, serta ngatur-ngatur jadwal shift weekend.

Penelitian gw lakukan di animal house FKUI dari 16 hari sebelum idul adha. Pemisahan serum dilakukan di lab farmako FKUI untuk menghindari hemolisis yang mungkin terjadi bila mesti dibawa ke pluit dulu. Saat weekend, petugas disana ganti shift sabtu dan minggu, jadi biasanya sabtu dan minggu gw yang mengatur dosis dan sonde langsung ke tikus. Gw beliin makan buat mereka dan mereka juga membantu gw ga hanya dalam melakukan penelitian tapi juga sebelum penelitian saat penyediaan dan adaptasi tikus serta masalah pengaturan dosis.

Oh ya, untuk masalah pengukuran dosis, bisa-bisa aja sih seenak udel kita nentuin dosis yang mau dikasih ke tikus misal 1000mg/kgBB. yang jadi masalah adalah bagaimana cara menghitung ke dalam larutan. Setelah nanya kesana-kemari, akhirnya gw menemukan blog yang membahas step-stepnya mengenai itu dan gw chatting sama si penulis yang notabene anak farmasi, akhirnya masalah tersebut selese juga. Yoa, niat ye ampe nanya anak farmasi segala. Ya iyalah, ntar ngatur sondenya gimana dong, belum lagi kalo ditanyain sama dr. L yang ahli farmako.

Continue reading “Diary of KTI : Penelitian”

Diary of KTI : Seminar Proposal

Dengan restu Yang Moelia dr. D selaku pembimbing utama dan terutama KTI gw untuk seminar, maka gw mengajukan permintaan 2 penguji yaitu dr. L dari farmako dan dr. S dari patklin. Dan langsung disetujui, maka dr. D menandatangani surat-surat yang diperlukan untuk pengajuan seminar serta memegang draft akhir proposal gw sebagai bahan seminar.

Sesuai rencana, gw mendatangi kedua penguji tersebut dan meminta mereka untuk menguji seminar gw serta menentukan tanggal. Respon dr. S setuju tinggal mengatur waktu dengan pembimbing dan penguji lainnya juga. Begitu gw datangi dr. L dan meminta beliau untuk menguji seminar gw, gw mendapatkan respon bingung dr. L “Lho, bukannya biasanya pembimbing yang memilih dan menghubungi penguji?” Gw jawab dengan muka polos, “ya, saya minta sama dr. D untuk penguji dari farmako dan PK. Untuk farmako, saya ngajuin dr. L dan dari PK, dr. S saya ajukan sebagai penguji. dr. D setuju trus saya deh yang ketemu sama dokter.” Note : dr. D itu ngebebasin mahasiswa KTInya untuk milih siapa yang jadi penguji, hehe, baik kan beliau? 😀 Dan gw udah tanya sama Cavin yang udah seminar duluan, dr. D ngebebasin buat nyari penguji, dan ngerekomendasiin beberapa nama untuk penguji sesuai topik. KTInya Cavin kan tentang pengaruh waktu tidur terhadap IPK atau BMI klo ga salah, maka penguji yang direkomendasikan sama dr. D itu dr. N dari gizi dan dr. N dari IKM. Kalo gw sih langsung minta mau 2 penguji, satu dari bagian farmako dan satu dari PK. Mau dr. D yang nentuin siapa atau gw yang nentuin sih urusan gampang.

dr. L masih terheran atau lebih tepatnya amazed dengan gw dan proposal KTI gw, kemudian tanya,”kamu pengujinya 2 orang?kenapa ga minta pembimbing tambahan?” Masih dengan muka polos gw jawab,”errr, saya pernah kepikiran mau minta pembimbing tambahan tapi saya lupa dan itu topik yang udah lama terlupakan, dok. Jadinya penguji 2 orang aja.” Dalam hati gw tambahin : mana sempet lagi minta pembimbing tambahan? Toh dengan tangis darah, gw berhasil menyelesaikan proposal gw yang amburadul ini. Kemudian gw minta tanggal sama dr. L cuma sialnya lupa gw booking. Gw mau seminar tanggal 16 Oktober yang waktu itu semua penguji dan pembimbing bisa, tapi dr. L ternyata ada rapat mendadak jadinya mundur ke tanggal 18 oktober. Oh ya, di kampus gw, pengajuin tanggal seminar dan sidang itu menunggu 2 minggu. Sebenernya bisa lebih cepat, tapi perlu memakai surat dari pembimbing yang menyatakan hanya bisa seminar/sidang hari itu saja. Pada kasus rame sidang menjelang deadline, surat ini juga bisa ga diapprove lho. Selama periode tenang 2 minggu ini, gw juga mengajukan ethical clearance untuk penelitian ke komisi etik dengan melampirkan 5 proposal + 6 formulir pengajuan ethical clearance. dr. D baru tau klo penelitian dengan hewan juga perlu izin komisi etis sampai berdecak dengan fotokopi proposal gw dan jumlah surat yang harus ditandatangani yaitu formulir ethical clearance dan surat persetujuan. Aslinya sih ethical clearance diajukan setelah revisi proposal selesai alias seminar dulu, tapi karena keterbatasan waktu dan gw jg baru tau klo ethical clearance boleh diajuin duluan,jadinya gw ajuin duluan. Tentu saja, proposal kudu mendekati perfect dan sebanyak mungkin metodenya tidak berubah.

Buat beberapa orang, temen-temen gw, membelalak saat tau klo gw punya 1 pembimbing + 2 penguji. Total ya jadi 1 vs 3. Kalo dulu gw menganggap seminar dengan pembimbing dan 1 penguji aja udah serem apalagi ini KTI sendiri menghadapi 3 penguji. Tapi, gw mengingat segala kesusahan yang udah gw lalui dalam penyusunan proposal KTI ini, gw udah siap dan gw ga mau proposal gw dibantai dengan tidak terhomat begitu saja di hadapan pembimbing.

18 Oktober tiba, gw minta bantuan April dan Felsur buat beliin minum dan snack untuk para penguji sementara gw mempersiapkan peralatan seperti laptop, proyektor, pointer da presentasi. Seminar ini gw menggunakan Prezi, semacam presentai mirip Power Point tapi menurut gw lebih bagus gt dan ga sekaku Power Point. Prezi ini gw juga tau dari April. Variasi dikit buat seminar ini. April dan felsur kembali dengan snack roti kismis dari Breadtalk dan aqua botol. Kemudian gw berlatih presentasi di depan Epin, kemudian gw dikritik kalo suara gw kecil dan kecepetan neranginnya. Waktu presentasi cuma 15 menit lho.

Karena ini seminar, maka angkatan 2010 ada yang nonton seminar gw (jadi nyesel kenapa pintunya gw buka lebar-lebar) selain April dan Felsur tentunya. Gw tentu sudah dalam kondisi panik dan tingkat kesadaran apatis. Penguji yang pertama kali datang adalah dr. L yang langsung ngomong ke gw,”saya tidak bawa makalah kamu. Boleh pinjam proposalnya? Kamu udah apal semua kan?” trus gw menangis dalam hati : no, itu berantakan dan ada catatan yang penting klo misalnya ditanyain. Kemudian gw jawab, “tapi udah dicorat-coret,dok, gapapa?” dr. L bilang,”ga papa.” Dengan merintih dalam hati, gw menyerahkan satu-satunya tameng gw kepada dr. L. Disusul dr. D dateng dengan santai dan segera bilang,”gimana Yanty? udah siap?” Gw jawab,”saya grogi dok.” dr. D masih dengan kalemnya menenangkan,”ah itu wajar. Udah dateng semua kan?ayuk mulai.” Wow,semangat 45 sekali pembimbingku ini, sebelum gw bilang,”dok, kita masih nunggu dr. S”. “Oh iya, kamu penguji 2 yah?” Trus gw buru-buru ke WC dan nyari dr. S ke PK tapi pas gw balik, malah udah komplit semua. Tanpa basa-basi dr. D membuka seminar gw dan mempersilahkan gw untuk presentasi dengan waktu 15 menit. Kemudian langsung gw presentasi dengan kondisi gw ga sadar apa yang gw omongin. dan selesai.

Pertarungan dimulai. TENG!