Ini adalah entry kesekian kalinya saya menulis tentang kereta api, angkutan massal ibukota (tidak tercinta) kita, Jakarta. Ini bukan karena saya mania kereta api, ataupun saya sering berpergian dengan angkutan ini. Sejak saya kuliah di Fakultas Kedokteran yang cukup dari rumah saya di Depok, Jawa Barat, saya praktis banyak berpergian menggunakan kaki, maksudnya jalan kaki dari kos ke kampus, angkot biasa dan kereta. Walau rasio naik kereta cukup meningkat dibanding saya waktu masih SMA yang berpergian dengan mikrolet coklat M04 jurusan Pasar Minggu-Depok.
Jadi 5 November saya kebali menggunakan jasa Depok Ekspress jurusan Jakarta Kota-Depok Baru. Suatu kejutan melihat kereta ini menjadi kotak, alias bentuknya agak berbeda dengan kereta yang sebelumnya saya naiki. Kemudian saya masuk dan makin terperangah dengan interior kereta ini yang kesannya, hmm, minimalis tapi cukup elegan lah. Tentunya masih ada tanda ini dimana-mana.
Tanda dilarang merokok dan dilarang duduk di lantai saudara-saudara. Tapi seperti yang saya ceritakan dalam post Mataku Indonesia sebelumnya, bahwa banyak orang yang cuek bebek dengan peringatan ini . Kemudian masuklah seorang wanita dengan 2 orang asing yang bisa kelihatan dari warna kulitnya. Saya bukannya rasis tapi mereka juga bicara bahasa Inggris. Dan setelah berdiri sejenak, mereka rupanya memilih duduk di lantai di depan pintu gerbong
Si wanita nampaknya membawa kursinya sendiri. Dan sungguh memalukan tabiat seperti itu di depan foreigners, yang harus duduk seperti orang yang tidak tahu aturan.